Hari ini adalah sehari setelah puncak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-66. Sebuah perayaan akbar di seluruh penjuru negeri yang konon dicita-citakan sebagai negeri yang "gemah ripah loh jinawi karto raharjo". Negeri yang makmur sejahtera dan tentunya memberi kesejahteraan pada seluruh rakyatnya di mana pun mereka berada.
Semangat merah-putih yang dikumandangkan pada minggu kedua di bulan Agustus ternyata juga terasa di sebuah kampung kecil di emper jalan poros Samarinda-Melak, di sudut Kalimantan Timur sana, Kampung bernama Muara Tae ternyata masih merasa menjadi bagian republik ini. Mereka juga masih punya semangat kemerdekaan yg tak kunjung padam. Tapi apa memang sama semangat kemerdekaan mereka dengan kita umumnya yg berdomisili di perkotaan?
Kampung Muara Tae di tahun ke-66 kemerdekaan RI ini ternyata masih belum begitu merdeka. Hutan dan kebun mereka sebagian besar telah habis terkikis oleh perusahaan besar kelapa sawit dan pertambangan batu bara. Bagi yang berani menolak, maka mereka akan dimusuhi, bahkan (bisa jadi) dikejar2 oleh aparat. Salah satu contohnya adalah perjuangan mempertahankan hutan adat yang berujung kekalahan mereka atas perkebunan kelapa sawit milik PT. Lonsum belasan tahun lalu. Beberapa orang pejuang hak ini bahkan dikejar2 hingga hidup sebagai buronan selama beberapa bulan.
Lepas dari mulut perusahaan sawit ... lalu datanglah perusahaan tambang besar batu bara PT Gunung Bayan Prima Coal. Kali ini tak banyak perlawanan mereka. Warga mengira ini akan memberikan peningkatan kesejahteraan seperti janji perusahaan. Namun dugaan ini salah karena sejak datangnya perusahaan tersebut hingga kini kondisi kesejahteraan warga masih begitu2 saja. Bahkan lebih buruk karena bukit2 sudah disulap menjadi danau yang tercemar. Sementara anak sungai banyak yang hilang karena galian. Air sungai pun jadi keruh, contohnya di Sungai Nayan.
Kini penderitaan itu masih juga belum hilang karena dua buah perusahaan telah secara nyata memproklamirkan kuasanya atas wilayah hutan dan kebun yang tersisa di Muara Tae. Mereka adalah perusahaan sawit PT Borneo Surya Mining Jaya dan perusahaan batu bara PT Kencana Wisto.
Berjuang tanpa henti ... mungkin hal itu yang masih menjadi gambaran semangat kemerdekaan di Muara Tae. Beberapa orang tak ingin menyerah begitu saja, bahkan (mungkin) "hingga titik darah penghabisan". Suasana kemerdekaan yang gemah ripah loh jinawi memang belum terjadi. Namun semangat kemerdekaan terus membara dalam diri para pejuang tua Muara Tae itu. Mungkin ungkapan dari seorang teman yang saat ini berada di Muara Tae sangat pas menggambarkan kondisi tersebut. Ia menyebutnya ... "Merajut Merah Putih di Bumi Muara Tae".
Mari kita sama2 teriakkan ... MERDEKA BUNG!!!
Kamis, 18 Agustus 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 comments:
merdeka..... merdeka merdeka
Posting Komentar