Jumat, 26 Agustus 2011

Complicated = ruwet = rumit ???


Seperti status relationship di facebook aja: it's complicated. Misalnya begini: Camat mengirim surat lebih dari sebulan lalu. Surat itu menetapkan beberapa orang sebagai pejabat sementara Badan Perwakilan Kampung. Bisik-bisiknya, penetapan ini adalah memo katabelece langsung dari Bupati. Penetapan ini, menurut kejujuran Camat sendiri, bertentangan dengan ketentuan peraturan yang ada. Kemudian warga dan Petinggi Muara Tae, yang tidak sreg dengan penetapan Pjs. BPK itu, menyelenggarakan pemilihan BPK yang menghasilkan 5 anggota BPK, dimana satu di antaranya adalah salah satu dari 5 Pjs. yang ditetapkan Camat tadi. Petinggi kemudian bersurat dengan Camat untuk minta SK penetapan BPK. Camat tadi siang mengirim surat yang menolak BPK pilihan warga ini dan meminta dilakukan pemilihan ulang dengan melibatkan Pak Victor Menong, jagoannya Bupati di Muara Tae. Jadi sekarang Pak  Petinggi Muara Tae akan membaas surat balasan dari Camat itu, yang akan menolak surat penolakan Camat itu atas pemilihan BPK oleh warga sendiri yang menolak BPK yang ditetapkan Camat. Semua ini tentu saja pangkal soalnya adalah penolakan Pak Petinggi dan mayoritas warga Muara Tae terhadap perusahaan tambang dan kelapa sawit.



Atau cerita berikut yang juga complicated. Dulu Pak XXX jual-jual tanahnya ke perusahaan sawit dan tambang. Setelah tidak punya tanah lagi Pak XXX kemudian mengiba-iba minta tanah ke keluarga Pak Asuy. Karena kasihan maka diberi pinjam tanah satu kepleng. Kemudian Pak XXX bikin rumah dan ladang. Setelah beberapa lama, Pak XXX datangkan saudara dan kenalan dan kemudian kasih ke mereka tanah berkepleng-kepleng. Pak Asuy menegur dengan bilang kira-kira: kalau mau bagi-bagi tanah ya di satu kepleng yang kupinjamkan ini, jangan tanah-tanah baru lagi. Pak XXX tak peduli. Kemudian tanah berkepleng-kepleng itu dijualnya ke tambang dan sawit. Pak Asuy melaporkan persoalan ke Dewan Adat. Dewan Adat memproses dengan memanggil para pihak. Tapi tiga kali surat undangan ke Pak Asuy tidak pernah disampaikan dan hanya disembunyikan (mengingatkan pada kasus Andi Nurpati dan surat palsu di MK gak sih!!!). Kemudian Dewan Adat memutuskan pemenang kasus ini adalah Pak XXX dengan alasan Pak Asuy tidak pernah hadir waktu dipanggil. Pak Asuy melawan dengan banding atau istilah kerennya advokasi. Suatu ketika waktu naik motor, Pak YYY menombak Pak Asuy. Luput. Pak Asuy lapor ke Dewan Adat ditolak dengan alasan tidak luka atau mati. Polsek sekedar menyatakan: kok masalah ini gak selesai selesai sih setelah sekian lama.  Sekarang-sekarang ini Pak XXX bekerjasama dengan Pak ZZZ yang dekat dengan Bupati dan minta SK tentang tanah-tanah supaya bisa diperjualbelikan dengan mudah.  Pak ZZZ ini dulu penggerak melawan lonsum tapi sekarang bekerja sebagai kaki tangan dan makelar. :)-( (maksudku tanda emoticon untuk senyum manyun).

Atau satu lagi cerita complicated begini: Sudah lebih dari 20 tahun Pak Asuy bertahan dengan hutannya, menolak tambang dan sawit. Nah kalau dia jual saja paling nggak bisa dapat 2 milyar lah totalnya. Kemudian sekarang sudah dihitung ada sekitar 500 pohon ulin di hutannya, masing-masing sekitar 2 meter kubik lah. Harga satu meter kubik kira-kira 3 jutaan lah. Jadi nilai ulinnya saja kira-kira 3 milyar lah. Padahal ada lebih banyak lagi meranti, bengkirai, kapur, kamper, durian, dll. Jadi nilai kayunya saja di hutan-hutan Pak Asuy saja dapatlah kalau 7 milyar. Nah sekarang ada sekitar 60 keluarga yang menjadi anggota kelompok Lati Tana bla bla bla. semuanya menolak jual tanah kepada sawit dan tambang. Hitung sendirilah berapa net present value dari kayu saja di sini. Tapi...jual ulin katanya tidak bisa, angkut meranti ditangkap polisi, bikin community forestry lambat sekali tak ada yang peduli. Jadilah sekarang Pak Asuy kerjanya di pondok, di kebun, di hutan, di sungai hanya nyanyi-nyanyi. Syairnya tak pernah jauh dari: kami sudah sejahtera, tak perlu kebun sawit atau tambang milik pengusaha/penguasa.

Moga-moga besok bisa update status di fb: tidak lagi "it's complicated" tapi jadi "enggaged" atau bahkan "married" atau kalau gak ya sudahlah sekalian "single and fighting!"

posting ini ditulis oleh A. Ruwindrijarto
illustrasi gambar diunduh dari aslinya di laman berikut

0 comments:

Posting Komentar