Setelah kulihat-lihat dan banding-bandingkan, Pak Asuy, Ibu Laiyen, Pak Andreas dan orang-orang Muara Tae ini persis seperti Asterix, Obelix, Abraracourcix, dan orang-orang Kampung Galia itu deh. Mereka hanya takut apabila langiit akan runtuh menimpa kepala mereka. Mereka tidak takut meskipun kampung mereka ini sudah dikelilingi habis oleh buldozer-buldozer, serdadu-serdadu, tambang-tambang, HTI-HTI, perkebunan sawit PT Borneo Surya, PT Gunung Bayan, PT Petrosea, PT Lonsum, PT Tri Tunggal Group, PT Munti Wani. Mereka tidak takut meskipun kerajaan romawi pemda Kutai Barat habis-habisan menekan mereka. Mereka tidak khawatir meskipun seluruh Kalimantan sedang berubah menjadi padang debu dan semak-semak dan bongkaran tambang dan tunggul-tunggul dan serpihan hutan. Mereka tidak khawatir meskipun tidak ada LSM-LSM manapun yang peduli atau mendampingi atau turut mengadvokasi atau apapun. Mereka gak peduli bahwa kampung-kampung lain sudah pasrah dan menyerahkan kebun dan hutannya. Mereka ini tetap aja ngotot: Pokoknya Jangan Ganggu Kampung dan Hutan Adat Kami. Nampaknya mereka hanya takut apabila langit akan runtuh menimpa kepala mereka. Makanya mereka kemarin tetap berpesta, potong babi dan ayam, makan minum, pasti ada yang nyanyi-nyanyi juga... Benar-benar mirip Kampung Galia itu. Bahkan serupa juga dalam hal suka sekali kelahi kelahi di antara mereka sendiri...terus pesta makan-makan sama-sama.
gambar komik di atas disunting dari aslinya di laman ini.
1 comments:
muara Tae menpunyai hutan aslinya sudah digarap perusahaan sawit dan di jual pada perusahaan batubara beroperasi sejak Tahun 1997,setelah dimekarkan warganya mengklaim wilayah kampung lain menjadi wilayah kampung Tae,memang sejak Tahun 90-an warga kampung menbuat ladang kewilayah kampung lain yang sudah ada jalan logging perusahaan kayu,setelah resmi menjadi kampung bingung cari wilayah kampung lain...jual aja ke perusahaan tambang sekarang klaim wilayah kampung lain ......
Posting Komentar