Senin, 27 Juni 2011

Ada Sriwang Asia dan Kuau Kerdil

Siapa sangka hutan Muara Tae ternyata memiliki keanekaragaman jenis yang sangat tinggi.  Hutan2 kecil yang tersisa di sana menyimpan kekayaan alam yang tak ternilai harganya.  Jenis2 pohon dan tumbuhan penting lain cukup mudah dijumpai di sana.  Mulai dari beragam jenis pohon seperti kelompok Meranti dan Bengkirai (Shorea spp), serta Kapur (Dryobalanops spp, ) yang dikenal sebagai jenis kayu komersial kelas satu, sampai jenis kayu yang teramat keras dan nyaris punah seperti Ulin (Eusideroxylon zwageri).  Tak hanya itu, jenis2 tumbuhan lain yg dikenal bernilai sangat tinggi seperti Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) dan Gaharu (Aquilaria moluccensis) pun dapat dijumpai di kawasan hutan tersebut.

Secara logis, hutan2 dengan tingkat keragaman jenis yg tinggi tentunya juga menjadi tempat hidup atau habitat bagi beraneka ragam jenis satwa.  Ini adalah kondisi umum yg terjadi pada tipe hutan dataran rendah di Kalimantan.  Salah satu kelompok jenis satwa yang menarik di kawasan hutan Muara Tae adalah burung.  Yupp ... beragam jenis burung ternyata juga menghuni hutan2 tersebut.  Seorang teman telah melaporkan tentang situasi tersebut pada saya minggu ini.  Teman saya itu dulunya adalah seorang peneliti dan pengamat burung kawakan.  Namanya Dwi Lesmana.  Melalui sebuah pesan pendek, ia melaporkan bahwa keanekaragaman jenis burung di hutan Muara Tae memang betul-betul menakjubkan.


"Sriwang Asia ada ... ," tutur Dwi singkat melalui SMS saat saya menanyakan keberadaan jenis burung khas hutan dataran rendah tersebut.  Sriwang Asia atau dalam bahasa inggris disebut Asian Paradise Flycatcher ini memang spesial.  Ia ditemukan pada kondisi hutan dengan pepohonan yang masih rapat.  Burung berukuran kecil (sedikit lebih kecil dibanding kutilang) dengan nama ilmiah/latin Terpsiphone paradisi ini unik karena memiliki juntaian ekor yang sangat panjang.  Begitu panjangnya hingga saat ia terbang, ekornya menjuntai ke bawah dan terlihat seperti keberatan ekor.  Ia memiliki dua jenis warna, ada tubuhnya berwarna coklat terang dan ada pula yang berwarna putih.  Sementara bagian kepalanya berawarna gelap dengan jambul kecil di atas dahinya. 

Dalam kesempatan lain, di luar dugaan teman saya Dwi mengabarkan lagi sebuah berita tentang ditemukannya jenis burung yang tergolong sangat langka.  Burung tersebut adalah Kuau Kerdil Kalimantan atau Bornean Peacock-pheasant dengan nama ilmiah/latin Polyplectron schleiermacheri.  Saya jadi ingat belasan tahun lalu seorang peneliti asal Belanda pernah setengah mati mencari-cari jenis burung ini di pedalaman Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.  Begitu bersemangatnya ia hingga bersedia berkelana dan tinggal di hutan selama berbulan-bulan.  Ketika saya membuka referensi tentang burung ini, memang ia tergolong dalam jenis yang hanya dijumpai di Pulau Kalimantan.  Populasinya dianggap sudah sedikit sehingga badan konservasi dunia IUCN (International Union for Conservation of Nature) pun menggolongkannya dalam daftar merah jenis2 terancam punah (IUCN red list).

Pak Asuy, seorang warga Muara Tae menuturkan pada teman saya Dwi Lesmana bahwa Kuau Kerdil Kalimantan ini biasa ditemukan di hutan Utak Melinau.  Walau demikian menemukan jenis ini memang tidak semudah menemukan burung Kuau biasa (Argusianus argus) pada umumnya.  Sesuai namanya, Kuau Kerdil Kalimantan memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil, namun corak batik pada bulunya lebih indah dibandingkan Kuau biasa.

Menceritakan kisah ini membuat saya jadi makin cemburu rasanya.  Hutan2 Muara Tae memang betul2 menakjubkan.  Sayang sekali jika hutan2 menakjubkan ini harus musnah tak berbekas dan digantikan dengan kebun kelapa sawit ataupun hancur lebur jadi galian tambang batu bara.  Jika hutan tersebut dihancurkan, maka tak hanya masyarakat adat Benuaq di Muara Tae yang akan kehilangan masa depannya.  Namun seluruh dunia pun akan rugi karena kehilangan sumber plasma nutfah penting bagi dari kekayaan jenis tumbuhan dan satwa khas Kalimantan ini.

sumber dari foto/gambar di atas adalah:
http://explorehimalyas.com/archives/95
http://www.birdforum.net/opus/Asian_Paradise-Flycatcher
http://www.gbwf.org/pheasants/borneo03.html
http://www.wwfjonicoetneo.org/escursioni/2011/Birwatching/locandina.php

0 comments:

Posting Komentar