Selasa, 28 Juni 2016

Presiden Jokowi Didesak untuk Instruksikan Penghentian Intimidasi dan Ancaman Pembunuhan terhadap Masyarakat Adat Muara Tae

Selasa, 28 Juni 2016. Masuknya perkebunan kelapa sawit PT. Borneo Surya Mining Jaya (PT. BSMJ) di Kampung Muara Tae Kecamatan Jempang Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur telah menyebabkan terjadinya intimidasi dan ancaman pembunuhan bagi masyarakat adat Muara Tae yang memilih untuk tidak melepaskan lahannya.

Senin, 05 Desember 2011

Ribuan Kilometer dari Muara Tae

Tak cukup ratusan kilometer jarak yang ia tempuh dalam mencari dukungan untuk menyelamatkan kawasan adat Muara Tae.  Pak Asuy pun rela bepergian ke tempat-tempat jauh berjarak ribuan kilometer dari kampungnya.

Sebuah perusahaan kelapa sawit tanpa permisi membongkar lahan belukar milik warga Muara Tae.  Sebulan lebih sudah upaya penggusuran ini dilakukan oleh PT Munte Waniq Jaya Perkasa, yang dimiliki oleh TSH Resources Bhd  asal Malaysia.  Kawasan adat di Muara Tae ini digusur paksa hingga nyaris terjadi “perang” antar warga Dayak Benuaq.  Sejumlah preman asal kampung sebelah (Muara Ponaq) mengklaim lahan itu sebagai milik mereka lalu menjualnya kepada perusahaan sawit.  Kontan saja warga Muara Tae sebagai pemilik waris di lahan adat itu berang.  Syukurlah perang tersebut gagal terjadi, karena para pemuka masyarakat Muara Tae pun dapat menurunkan emosi warganya.

Karena kejadian ini, lalu beberapa orang warga Muara Tae berinisiatif mengadukan masalah kepada para wakil rakyat provinsi Kaltim di Samarinda.  Pak Asuy bersama para warga akhirnya berhasil mendapat dukungan politis dari para anggota DPR provinsi Kaltim.  Selepas pengaduan ke Samarinda, Pak Asuy lalu berangkat ke Bogor dan Jakarta dengan tujuan serupa.  Ia mengadukan masalah penggusuran lahan ini pada sejumlah LSM, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) serta Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Sumpah Pemuda Muara Tae














Tulisan ini disalin dari blog Ghonjess Panuluh yang diposting pada tanggal 28 Oktober 2011.... ketika Sumpah Pemuda sedang diperingati di negeri ini...

Hari ini peringatan Sumpah Pemuda... menurut seorang dosen sejarah, ..."mereka dulu hanyalah sekelompok 'elit' pemuda yang melakukan konggres,... merumuskan apa yang sebenarnya sudah ada di Nusantara sejak abad ke 15... jadi sebenarnya tidak terlalu penting untuk dicatat dalam sejarah"

Yang musti tercatat dalam sejarah
Hari ini... sekarang... 28 Oktober 2011.. Para pemuda Muara Tae sedang berhadap-hadapan dengan buldozer perusahaan, dengan aparat, dengan orang-orang yg sudah ditaklukan uang.. Pemuda Muara Tae sedang mempertahankan hutan, tanah, kedaulatan dan martabat dari jajahan korporasi dengan peluh keringat serta keberanian mempertaruhkan jiwa... kan kucatat ini sebagai sebuah peristiwa yang tertanda.... tentang perjuangan anak-anak bangsa...

Kami suku Dayak Benuaq (kampung Muara Tae – kampung Ponaq):
Adalah bersaudara dan senasib
Kami punya adat istiadat yang satu, bahasa yang satu
Kami hidup diatas tanah adat kami yang jelas batasnya sejak turun temurun
Kami sejak turun temurun hidup rukun dan damai,
menikah satu sama lain serta tolong menolong
Kami tidak pernah berselisih karena batas kampung, tanah, hutan, lahan dan warisan
Tapi kenapa ketika PT.Munte Waniq Jaya Perkasa hadir di tanah adat kami, muncul
Masalah antara kami??????
Tetapi kami tidak mau diadu domba oleh PT.Munte Waniq Jaya Perkasa!!!!
Dayak Benuaq tetap bersaudara.*

* Sumber: web site Telapak

Jumat, 30 September 2011

Jurig Muara Tae

Muara Tae memang selalu menyediakan banyak cerita dan kejadian.  Hampir setiap orang yang ditugaskan membantu perjuangan masyarakat adat di sana mengalami berbagai kejadian. Kejadiannya pun begitu beragam, tak hanya cerita sedih, namun juga lucu, penuh semangat perjuangan bahkan ada juga yang menyeramkan. 

Naah dalam posting kali ini, kami mencoba menyajikan sebuah cerita personal mengenai keseraman dan suasana menakutkan yang rata2 dialami para sukarelawan yg ditugaskan di Muara Tae.  Cerita personal ini sepenuhnya dituliskan oleh salah seorang sukarelawan asal Bogor dalam blog pribadinya dengan judul Hantu Besi Meresahkan Muara Tae.

===================


Hari Jum’at...  “bagaimana tidur semalam, ada sesuatu gak?” tanya pak Asuy. Pertanyaan yang mengagetkan. Karena seolah beliau tahu apa yang terjadi semalam. “baik baik saja pak” jawabku spontan. “bagian pojok pondok ini terlalu maju” ucapnya sambil menunjuk ke tempat ku tidur semalam. “ini lintasan tempat mereka lewat... kita menutupi jalan mereka” tegasnya. “siapa mereka pak?” tanyaku mencari penegasan. “ya mereka.. hantu yang tinggal di hutan ini” jawab beliau datar tentang dunia lain.

Setahuku memang di kalangan masyarakat sini relatif mempercayai adanya kehidupan gaib. Yang ada pada mahluk hidup dan juga benda mati. Pada manusia, binatang, pohon besar, juga pada mandau, batu besar, gunung, pertigaan sungai,  atau yang lebih kompleks lagi seperti adanya perkampungan gaib. Begitu kelihatan erat hubungan antara mereka dengan kosmos. Terlihat dari adanya aturan dan norma yang mengatur hubungan mereka dengan hal-hal yang bersifat metafisik. Pelanggaran akan aturan akan ditanggapi serius. Karena dianggap dapat merusak keharmonisan hidup bersama. Hanya aku agak terkejut atas pertanyaan diatas... karena peristiwa semalam... wuiih.

Hutan Muara Tae...  malam jum’at...  bulan purnama... sudah beberapa hari ini kami berdua tidur di pondok jaga di tengah hutan. Kali ini tidak ditemani warga karena mereka sedang ada kesibukan di kampung. Aku coba tidur di pojok pondok bagian luar yang tidak berdinding, sementara temanku memilih tidur di dalam. Cahaya rembulan sebagian menerobos rimbunnya dedaunan, menambah dramatis siluet hitam batang pepohonan. Menciptakan suasana temaram dengan berbagai pola bayangan yang halusinatif. Merangsang memori otak akan pengalaman rasa takut tentang dunia metafisis yang abstrak. Membuatku terus terjaga... tiba tiba secara reflek aku berpaling ... ada suara yang begitu nyata di sela ranting dan dedaunan... ada sekelebat bayangan yang melayang turun dari atas pohon.. ... Juriiiiig...  teriakku keras...

 

Sabtu, 27 Agustus 2011

Kemenangan dan Kekalahan (kecil)

Kemenangan-kemenangan kecil atau small victories:

1. Rencana pembayaran Rp 600 ribu per hektar oleh PT Borneo Surya Mining Jaya dalam rangka ekspansi perkebunan sawit ke Muara Tae pada tanggal 25 Agustus 2011 telah berhasil DIGAGALKAN (meskipun mungkin sementara).

Analisis: Manajer perusahaan yang bersangkutan rupanya ngeri melihat ada tikus got di hutan Muara Tae. Selain itu konfrontasi langsung oleh Pak Petinggi, didampingi bodyguard tentunya, membuat mereka berpikir bahwa ini belum saatnya. Ada kemungkinan lain sih, meskipun agak terlalu dipaksakan, yaitu bahwa mengingat mau lebaran maka dana cash perusahaan dipakai untuk bayar THR dulu.

2. Lenyapnya PT Gemuruh Karsa. Alamat sesuai yang tertera di dokumen-dokumen resmi perusahaan sudah tidak ada. Ini adalah kemenangan karena berhasil mengubah sebuah perusahaan tambang yang biasanya seram menjadi fiktif. Kepastian lenyapnya alamat, kantor, dan orang-orang perusahaan ini didapatkan melalui penyelidikan langsung dari rumah ke rumah di ibukota kabupaten pada khususnya dan di Kutai Barat pada umumnya.